Friday, March 17, 2017

Sulap atau kompeten?

Banyak melihat bahwa proses pendidikan mahasiswa (atau siswa) ditentukan dengan cepat lambatnya mereka dalam melakukan studi. Tak terkecuali beberapa orang yang saya kenal. Teringat beberapa tahun lalu ketika saya membujuk anak-anak mereka agar kuliah daripada berhenti setelah selesai SMA/SMK. Banyak diantaranya bahkan diperjuangkan untuk mendapatkan beasiswa. Tapi sayangnya banyak yang berpikir bahwa pendidikan bagaikan sulap, apalagi ada kenalan di dalamnya. Yang penting kelar cepat dan dapat ijazah. Karena pemahaman ini, ada ornag tua (notabene teman dan saudara saya) menghendaki bahwa anaknya bisa kelar cepat karena ada saya. Dia tak pikir bahwa pendidikan itu butuh proses sementara kemampuan anak mereka rata-rata. Tak bisa dibandingkan dengan mahasiswa lain yang memang cepat sekali daya tangkapnya. Tapi agaknya mereka tak peduli. Mereka berpikir saya telah menjebak mereka dan anak-anak mereka. Seseorang datang dan mengatakan bahwa teman-teman anaknya sudah banyak yang lulus tapi kenapa anak saya tidak lulus lulus? Saya menjelaskan bahwa anak mereka membutuhkan proses lebih. Tapi, sayangnya seakan mereka menginginkan saya menjadi tukang sulap daripada seorang dosen. Saya mengatakan bahwa saya tak menginginkan anak mereka untuk mendapatkan ijazah tanpa kemampuan. Tak berkompeten! Saya inginkan anak-anak mereka memang benar-benar terbekali. Seribu kali saya meyakinkan bahwa Cum laude dan kelar cepat bukan jaminan kesuksesan. Tapi... tetap mereka tak peduli. hmmm....